Sabtu, 12 Desember 2009
Sajak "Maling"
Face Book yang produktif
Jumat, 11 Desember 2009
Cerpen "Sial, Kartu ATM-ku Tertelan!"
Sabtu, 14 November 2009
Guru, Jangan Mau Jadi Orang Yang Gaptek!
Jumat, 13 November 2009
Cerpen "Geng 58"
Sabtu, 31 Oktober 2009
Cerpen "Petaka Bermusim"
Pukul 16.45...
Besse’ berkali-kali mengitari setiap jendela berkaca bening dirumahnya, kadang-kadang berlari kecil dan kadang pula memahat diri pada ambang jendela-jendela itu. Mengamati lagit yang kian muram.
Disebelah barat. Matahari seperti hendak tertelan awan. Sudah beberapa jam yang lalu awan dari arah timur itu menyerbu langit, membawa petir penggores langit. Langit menjadi rapuh seperti kaca retak. Setelah itu disusul dengan suara mengelegar dan gemuruh panjang, mengalahkan segala kebisingan kota. Sudah beberapa hari akhir-akhir ini Besse’ menjadi pengamat langit yang tekun.
Tepat diatas ubun-ubunnya. Awan raksasa seperti ular naga meliliti cakrawala, mengusik fantasi dan rasa takut kedalam benaknya. Rasa-rasanya, mata awan itu manangkap sosoknya. Agak tergesah ia hampiri setiap jendela dan menjatuhkan gulungan-gulungan gorden. “Mata itu tidak boleh menangkap sosokku”, bisiknya dalam hati.
Meski kain gorden telah menutupi kaca-kaca bening itu, namun perasaan khawatir seakan-akan sanggup menyelinap dari balik kain-kain itu, menjangkau serta merabah bulu-bulu halus disekujur tubuh Besse’.
“Mata itu teramat sakti!. Pastilah mampu menangkap sosokku yang sedang mengintip dari balik gorden ini. Harus bersembunyi!”. Benaknya berkata demikian sambil berlari kecil menuju kamar pengantinnya, mengambil selimut pemberian suami tercinta, lalu ia menutup seluruh tubuhnya.
Dari balik selimut, Besse’ mengintip keadaan. “Belumlah aman!”. Disambarnya simpul-simpul tali pada gulungan kelambu. Pintu-pintu kelambu yang selalu menggantung pada menara-menara dipan kini munutup tabirnya. Kelambu usang serta beberapa tambalan kecil pada dinding-dindingnya. Warisan almarhumah ibunya.
Seusai merapikan pintu kelambu dan mencantolkal beberapa peniti secara tergesah, Besse’ kembali menyelipkan tubuh kedalam selimut tebalnya. Dari balik kegelapan itu, tangan-tangan halusnya menumpuk beberapa buah bantal pada sisi-sisi tubuhnya. Laksana hendak memasang zirah perang.
“Kelambu adalah tameng tersakti dan tak dapat ditembus oleh hantu-hantu penghisap darah, menghalau hantu penyebar penyakit. Segala jenis hantu tidaklah memiliki kesaktian untuk menembus perisai yang bernama kelambu itu”. Begitulah kata ibunya dahulu ketika Besse mungil merengek agar pintu-pintu kelambu dibiarkan tetap tergulung. Sebab, jika pintu kelambu diuntaikan, jadilah Besse kecil terperangkap dalam sangkar kecil berbentuk kubus itu – Tubuh mungilnya selalu kuyup oleh keringat. Ibunya ketika itu tersenyum kecil padanya, lalu meniup ubun-ubunya sebanyak tiga kali, dan menggulung pintu-pintu kelambu itu hingga menggantung pada tempatnya sediakala. Penggalan-penggalan dongeng dikisahkan sebagai pengantar tidur. Ketika Besse kecil telah lelap, hantu-hantu penghisap darah dan penyebar penyakit dihalau keluar dari dalam kelambu dan pintu-pintu kelambu pun disegel.
Rabu, 28 Oktober 2009
Mutiara Kata "Air Mata"
Jumat, 16 Oktober 2009
Rapuhnya Nasionalisme Kita
Sabtu, 26 September 2009
Mutiara Kata "Hukum"
Hukum
Melanggar akibat tidak memiliki kemampuan, kuasa, dan pilihan.
Masyarakat kecil adalah umumnya dari kelompok ini, sedangkan yang kaya memiliki asumsi hukum tersendiri. Uang mampu menebus segala kesalahan.
Sedangkan Hukum sendiri baru berlaku jika ada asumsi. Asumsi praduga bersalah (pidana-perdata) yang dibuktikan didepan pengadilan.
Kebanyakan orang yang dipaksa oleh kenyataan hidup cenderung melupakan usumsi-asumsi hukum. Selama kondisi seperti itu tidak dapat dieliminasi, maka orang-orang terhukum akan terus bermunculan.
Surabaya 21-juni-09
Jumat, 25 September 2009
Akses Internet dan Targetan 2010
Asuransi, Barang Seperti Apakah Itu?
Jenis Asuransi
1)Asuransi Umum; asuransi rumah, kendaraan, pabrik, kapal, dsb
2)Asuransi Jiwa; berhubungan dengan jiwa, termasuk di dalamnya asuransi kesehatan, persiapan pensiun, asuransi kecelakaan, asuransi pendidikan, dll. Asuransi Jiwa dibagi menjadi dua: (1) Asuransi Tradisional (2) Asuransi UnitLink
Komponen dasar asuransi
Asuransi ditopang oleh dua komponen dasar, siapapun yang hendak menggunakan jasa asuransi sebaiknya mencermati dua item tersebut dibawah ini:
a)Polis; Perjanjian yang berisi kesepakatan antara pihak tertanggung dengan penanggung berkenaan dengan risiko yang hendak dipertanggungkan.
Polis memuat segala aturan tentang asuransi. Sifat aturannya mengikat kedua belah pihak yang telah bersepakat untuk melakukan kerjasama. Sebagai pengguna (tertanggung) hendaknya mencermati dengan teliti segala item yang terdapat dalam polis tersebut, terutama untuk item Hak dan Kewajiban kedua belah pihak.
b)Premi; Sejumlah uang yang harus dibayar oleh tertanggung guna mendapatkan perlindungan atas objek yang dipertanggungkan.
Bagaimana asuransi bekerja?
Perusahaan menyediakan jasa penanggulangan resiko sedangkan pengguna jasa berkewajiban atas sejumlah premi yang telah disepakati sebelumnya. Dengan begitu; kedua belah pihak terikat kedalam suatu aturan (Polis) yang disepakati secara bersama-sama.
Seberapa pentingkah ber-Asuransi?
Asuransi sama pentingnya dengan upaya mencegah, meminimalkan, dan menghindari resiko kerugian yang tidak terprediksi pada masa yang akan datang. “Ibarat sedia payung sebelum hujan”.
Untuk apa ber-Asuransi?
Mengalihkan resiko tak terduga pada pihak lain.
Benarkah orang berpendapatan rendah tidak tersentuh Asuransi?
Asuransi sangat erat kaitannya dengan kehidupan ekonomi masyarakat sehari-hari. Dewasa ini, asuransi telah mencakupi segala lapisan masyarakat. Meski begitu, masih banyak juga masyarakat yang tidak tahu jikalau jasa asuransi telah menjadi bagian ril dari kegiatan ekonomi mereka sehari-hari. Contoh konkret; Jasa angkutan umum (kereta api, bus, kapal, pesawat terbang, dll).
Umumnya, jenis asuransi yang biasa didapati pada tiket-tiket jasa transportasi adalah asuransi jiwa. Dengan membayar sekian ribu rupiah saja, keselamatan jiwa siapapun telah dipertanggungkan. Namun, ada juga sebagian orang yang memandang sebelah mata terhadap peran dan fungsi asuransi.
Sebetulnya; faktor pengetahuan yang minim tentang asuransi sajalah yang menjadikan masyarakat enggan untuk berasuransi.
Tips bijak memilih asuransi
1) Pilih sesuai dengan kebutuhan
Asuransi adalah produk jasa, ada banyak jenis jasa yang ditawarkan oleh asuransi dewasa ini. Oleh sebab itu, seorang calon pengguna jasa asuransi yang bijak sepatutnya memahami secara terperincih tentang jenis jasa apa saja yang menjadi kebutuhannya.
2) Jangan sungkan untuk berkonsultasi
Konsultasi dapat dilakukan dengan siapapun selama yang bersangkutan memiliki pemahaman yang baik tentang asuransi, cara kerja asuransi, dan jenis-jenis produk asuransi yang telah ada.
Umumnya, perusahaan asuransi telah menyediakan jasa konsultasi bagi siapapun yang hendak mengetahui informasi seputar asuransi.
3) Tidak ada salahnya memperbandingan produk layanan!
Setiap perusahaan asuransi memiliki spesialisasi produk. Konsumen sendiri memiliki kebebasan secarah penuh untuk memilah, memilih, dan memutuskan. Kapan, apa, dan kepada siapa ia hendak membeli?.
4) Cermati baik-baik aturan pertanggungan (Polis) serta jumlah Premi yang mesti anda bayarkan secara berkala.
Pahami cara kerja Polis serta besaran beban premi yang menjadi tanggungan anda sebelum melakukan penandatanganan kontrak pertanggungan dengan pihak pengelola Asuransi. Dengan begitu, anda dapat terhindar dari resiko gagal bayar dikemudian hari.
Sabtu, 29 Agustus 2009
Sajak "Klise dan seksi"
Barangkali juga terlampau banyak yang mesti dipencet-pencet, sedangkan jari tangan cuma sepuluh batang
Kalau ada yang simpel, mengapa susah-susah!
Kalau ada yang cepat, kenapa tidak!
Korupsi, masalah klise
Pendidikan, alasan klise
Kemiskinan, persoalan klise
Sekarang jamannya digital, Orang tidak tertarik lagi dengan klise
Barangkali, Klise sepatutnya jadi pajangan saja
Dengan begitu nilai jualnya menjadi mahal
Oleh karena itu pula, ia tampak seksi dimata orang-orang
Korupsi, seksi!
Pendidikan, seksi!
Kemiskinan, seksi!
Terlalu...!
Cerpen "Stigma"
Kota menjadi sangat menawan dalam balutan malam dan embun tipis yang berpadu dengan sinar-sinar mungil dari ribuan bola kaca yang menebar pijar keseluruh pelosok kota. Tiang-tiang lampu antik peninggalan rezim yang telah lampau menggantung bola-bola cahaya itu menyusuri jalan protokol, memanjang menyerupai sungai cahaya yang menghubungkan sisi barat dan sisi timur kota. Kota tua yang menyimpan banyak kenangan. Kenangan antara pribumi dan para penjelajah samudra dari arah barat kota, orang-orang dengan kebiasaan hidup menjarah dan menjarah.
Lalu lintas tampaknya lancar malam ini.
Sambil menghisap dalam-dalam sepuntung rokok untuk menghangatkan badan, sosok itu bergerak menuruni lereng bukit dibantu dengan nyala api kecil yang bersumber pada korek bermerek impor kesayangannya. Hampir sebulan sekali ia mengunjungi tempat-tempat yang berdaratan tinggi untuk melepas segala penak yang mengisi rutinitas sehari-harinya yang padat dengan aktifitas.
Kadang-kadang ia mencelah diri sendiri atas segala rutinitas hidupnya yang cukup membosankan, kerja keras demi penghidupan yang lebih layak, tapi setelah yang dicita-citakannya sejak dahulu telah ia capai. Seiring dengan perjalan waktu, sesuatu yang lain justru menghampiri tatkala puncak kejayaan semakin dekat untuk ia raih. Hidup hambar tampa gairah, kehilangan yang tak tergantikan. Seperti itulah kira-kira hidup yang ia jalani saat ini.
“Sial!, hapir seluruh hidupku habis hanya untuk mengejar uang dan uang. Mengejar kemewahan yang sebetulnya hanya perwujudan lain dari kualitas hidup yang murahan”.
Dalam kesal ia terus saja menuruni bukit menuju lereng. Nafasnya tidak beraturan akibat bau lembab tanah serta aroma lumut yang tumbuh liar diatas bebatuan yang tandus menusuk-nusuk kedalam hidungnya, bau seperti itulah yang paling ia benci. Bau busuk tanah seakan berkata padanya jikalau maut telah semakin dekat hingga kedalam ubun-ubunnya. “Sebentar lagi!, dan pasti akan datang, mungkin dalam waktu yang tidak begitu lama lagi, tubuhnya akan terbujur kaku, sekaku peti mati yang akan menghantarkan dirinya ketanah peristirahatan. Barangkali telah ada belatung yang menunggunya disana”.
Betapa sendirinya aku!, barangkali tidak seorangpun yang berkabung dengan kepergianku nantinya?.
Minggu, 09 Agustus 2009
Sajak "Andai Aku Presiden"
Andai Aku Presiden
Masa Kampanye...
Andai Aku jadi presiden, kubangun jalan yang luas seperti samudra Hindia pada lajur kiri dan samudra Pasifik pada lajur kanan, biar ngak macet lagi
Andai aku jadi presiden, kubuka lapangan kerja seluas-luasnya, biar tidak pengangguran lagi
Andai aku jadi presiden, kudirikan sekolah yang banyak, biar tidak putus sekolah lagi
Hei kalian! Dukung saya jadi presiden
Visi-misi
Andai aku presiden, kubelah Jakarta menjadi beberapa ribu bagian, setelah itu kubagi ke semua pulau dengan adil
Andai aku presiden, kutanam padi, jagung, dan tela diatas gedung-gedung percangkar langit, ketika masa menuai tiba, hasil pastilah jatuh kebawah menjangkau semua orang, tinggal menengadakan tangan saja.
Andai aku presiden, kugali emas, minyak, batu permata dan segala isi bumi pertiwi, setelah itu kusodorkan kehadapan semua orang biar tiap-tiap orang mendapat haknya
Makanya! Pilihlah saya jadi presiden
Perhitungan Suara
A-n-d-a-i a-k-u p-r-e-s-i-d-e-n
Ah sudahlah!, toh aku ini bukan presiden
08-08-09, Malang
Sabtu, 25 Juli 2009
“Keraguan & Kegelisahan”
Keraguan, jembatan menuju keyakinan
Jembatan yang teramat indah!
Kegelisahan, jembatan menuju ketenteraman
Jembatan yang teramat kokoh!
Keraguan ibarat rumah yang teramat indah, Namun amat buruk untuk ditinggali
Kegelisahan ibarat kastil berlapis baja, Namun amat tidak nyaman untuk didiami
Keraguan dan kegelisahan dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu.
Namun, amat tidak baik memelihara keduanya dalam jangka waktu yang lama
Kamis, 02 Juli 2009
Parodi
Oleh; Sam-ka
Kalau tetangga saya ceritanya lain lagi, sibuk memperpendek status pernikahan mereka yang baru akan kadar luarsa dua bulan mendatang. Hal itu saya ketahui, setelah menerima secarik kartu undangan tadi malam.
Ceritanya begini, Mr. Kontrak dan Mrs. Kontrak terlibat dalam kepartaian yang berbeda, oleh karena alasan kontrak pula Mr. dan Mrs. Kontrak membubarkan kontrak keluarga mereka yang telah berjalan sejak 20 tahun silam. Lucunya lagi, mereka menamakan kontrak itu “Kontrak Lima Tahun”. Hua…ha…ha. Namanya lucu, seperti wajah Mr dan Mrs Kontrak yang tercetak pada kartu undangan. Lucu dan imut-imut, kartu itu sampai kusut-kusut aku cubiti dan perutku sampai sakit menertawakan wajah-wajah yang tercetak disitu.
Kalau dengar-dengar dari kabar angin, mereka telah bersepakat untuk membuat kontrak. Persisnya kurang lebih seperti ini; Lima tahun mendatang, kontrak keluarga baru boleh dilanjutkan. Lah bagaimana kalau hidupnya keburu game over?, wajah sudah bauh tanah begitu. Tapi tidak tahulah kalau mereka sudah mengadakan kontrak dengan Tuhan. Ah… dasar Mr. dan Mrs. Kontrak, segalanya tergantung kontrak.
Bagaimana kalau kukontrak saja putrinya yang cantik jelita itu? sapaku saat tidak sengaja berpapasan dengan mereka tadi pagi. Mr. dan Mrs. Kontrak cuma senyum-senyum kecil, tampaknya mereka telah sepakat kalau kontrak baru bole diadakan setelah lima tahun mendatang. Aih itu waktu yang terlalu lama bagi bujang lapuk seperti saya.
Sorenya. Mr dan Mrs Kontrak terlibat uring-uringan kesetiap rumah warga. Tentunya dalam kelompok yang berbeda. Kamar kontrakan saya pun tak luput dari uring-uringan mereka. Untungnya saya pandai bersilat lidah, mereka sama-sama hendak membuat kontrak. Ah… kutepis saja kontrak itu sebab menerutku tidak menguntungkan. Kontrak yang menguntungkan bagiku adalah putri semata wayang mereka yang cantik jelita itu. Adu mulutpun terjadi
Ciah…Ikan terbang meloncat kepiring
Hia…Kutangkis dengan jurus Buaya keroncongan sehabis bersemedi seratus tahun
mmm…sapu jagat tebar pesona diatas cakrawala
sss…Lubang hitam menjelma menjadi lubang angin. Tu..u..u..t.
Kulihat Mr Kontrak senyum-senyum sebelum pergi, begitu juga dengan Mrs Kontrak yang datang kira-kira satu menit setelah kepergian Mr. Kontrak. Kupikir mereka sempat berpapasan dipekarangan rumah kosku. Semoga saja dunia persilatan tidak lahir dipekaranan yang sempit itu. Aih… itu kan urusan mereka, ngapain pikirin? kayak tidak punya kerjaan saja. Lah saya kan sebentar lagi kehilangan pekerjaan!.
Masih menurut kabar angin. Kejadian-kejadian lucuh dan aneh banyak terjadi. Lucunya kira-kira sama persis dengan wajah mereka pada kartu undangan yang kuceritakan tadi, anehnya Mr. dan Mrs Kontrak yang selama ini dikenal sebagai Icon harmonis kompleks, tiba-tiba saja terlibat gontot-gontotan yang luar biasa sengit. Semua orang jelas saja pada bertanya-tanya, yang ditanya pun bertanya pula, tidak terkecuali saya. Ah…, timbul pula ide untuk menamai kompleks tempat saya tinggal dengan nama Kompleks Tanya. Mau tanya apa? Silahkan. Mau tanya siapa? Monggo. Apa dan siapa saja boleh! Yah…Negara kita kan Negara demokrasi.
Beberapa minggu setelah masa uring-uringan Mr dan Mrs Kontrak selesai, kabar angin berhembus sedap kerumah kontrakanku. Mr dan Mrs. Kontrak membatalkan “Kontrak Lima Tahun” mereka dengan alasan yang sepeleh. Mereka tidak terpilih oleh kontrak, tentunya secara otomatis kontrak keluarga yang sempat terhenti selama beberapa hari kembali berlaku. Itulah hebatnya Mr dan Mrs Kontrak, apa saja adalah kontrak. Barangkali lewat depan rumahnya pun harus ada kontrak terlebih dahulu. Mau ngobrol harus kontrak dulu, terlebih lagi kalo mau dekatin putrinya.
Kocaba menghibur mereka dengan kontrak yang lain (maksudku, kontrak dengan putrinya yang sempat terbahas beberapa hari yang lalu) berharap supaya keceriaan mereka tidak tenggelam kedalam jurang kekecewaan, hitung-hitung kelak dapat tumpangan gratis dirumah mereka. Ternyata!, saya ditepis seperti seekor lalat dengan telunjuk Mr dan Mrs. Kontrak. Duh…betapa kecilnya saya dihadapan mereka.
Kutanya tentang Fit & Propertis, sebab kulihat putrinya tampak senyum-senyum padaku. Jelas saja senyum-senyum!, wajah kece seperti Leonardo Decaprio ini, Siapa sih yang tidak kesemsem?. Ehem…Bukannya muji diri lo…! tapi faktalah yang berkata demikian. Lebih dan kurangnya, saya adala seorang pejantan tangguh. Rambo yang tenar dan tangguh itu tentulah tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan saya (wong saya memang tidak memiliki apa-apa yang dapat disbanding-bandingkan dengan Rambo yang berwajah sangar dengan otot-otot berurat mirip parieses itu).
Kulihat keadaan sepertinya sudah tidak berpihak padaku, kutinggalkan saja mereka sambil menertawakan diri sendir. Hampir saja nama saya berubah menjadi Sir. Kontrak. Untung saja, usulan kontrak saya tidak diterima
Hua…ha…ha. eh!,
Uhuk…uhuk… sepertinya ada nyamuk yang menyelinap kedalam mulutku.
Saran-saran
1. Bagi para buruh kontrak, terus berjuang tanpa kenal letih dalam mempejuangkan nasib-nasib anda, sory kawan! saya hanya mampu membantu secara moril, soalnya nasib saya (tinggal satu bulan lagi status saya adalah pengangguran) jauh lebih menghawatirkan ketimbang saudara-saudara proletar sekalian. Hidup proletar!
2. Bagi yang gemar melakukan kontrak, lihat-lihat dong sikon-nya. Tapi jangan marah yah?, jikalau saya memanggil ada sebagai Mr. atau Mrs Kontrak.
3. Ter-untuk buat Mr dan Mrs Kontrak, ketika mau mengadakan kontrak, Please…Undang saya dong!, siapa tau saja suasana kontraknya tidak jauh beda dengan suasana lelang-melelang. Saya kan juga punya kesempatan yang sama dengan anda untuk melelang sesuatu yang berharga pada diri saya. Persoalan apa yang mau dilelang kan terserah orangnya mau lelang apa?. Hidup demokrasi!
4. Bagi yang pusing (takut kalah) sampai harus uring-uringan. Jangan terlalu ribut dong!, bisa-bisa anda ditertibkan oleh mang hansip berbaret jengkol. Senyumnya silau dari kejauhan, terlebih lagi bicaranya menusuk-nusuk seperti jarum. Apalagi tangannya itu loh, ampun deh! Kasarnya amit-amit
5. Ah…bagian ini yang paling penting. Bagi para saksi kontrak, buka mata anda lebar-lebar dong!, jangan terlalu sering berkedip-kedip. Obat tetes mata mahal harganya!.
Minggu, 07 Juni 2009
Puisi "Uang"
Uang terlipat, lidah terlipat-lipat
Uang terselip, sigundul terselip-selip
Uang berkata, “tua bangka” bebas praktek anatomi
Uang berkuasa, Inguspun dijilat-jilat
Uang ditakar, Tikus-tikus menakar jarak
Uang dipilah, Dasi-dasi ikut memilah
Uang cair, Sayang tak mengucur kebawah melainkan keatas
Uang berhamburan, Sayang lidah tak berhambur
Uang leyap, mataku kok kililipan…!
Apa Kata Dunia
Apa Kata Dunia...?
Masa muda poya-poya, masa tua sejahtera
Apa kata dunia...?
Bujang lapuk dimakan usia, pertanda tak laku
Apa kata dunia...?
Perawan tak dibelai, pertanda kembang layu sebelum mekar
Apa kata dunia...?
Angin pelosok bertiup, muda-mudi berkomedi “manusia kolot”
Apa kata dunia
Orang-orang bilang aku harus beli baju baru, celana baru, topi baru, sandal baru, sepatu baru,…..gaya rambut baru…. semua yang serba baru.
Apa kata dunia...?
Aih....Malu aku dikata ngak gaul
Apa kata dunia...?
Bisakah kau berkata “Makan itu kata dunia!, biar ia jadi tahi dan membusuk”
Minggu, 31 Mei 2009
Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA
Ditengah-tengah Perang Melawan Penyebaran Virus HIV/AIDS
Stima dan diskriminasi tidak hanya melanda orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA), akan tetapi juga melanda persepsi masyarakat terhadap HIV/AIDS itu sendiri. Gejala itu dapat dideteksi dengan adanya kelambanan dalam penyerapan tranformasi informasi terkait dengan HIV/AIDS. Contoh konkret; adanya keengganan untuk memeriksakan diri kepada petugas kesehatan serta meminta informasi yang memadai terkait dengan HIV/AIDS.
Takut sekiranya jika hasil tes menunjukkan hasil positif. Malapetaka seperti apa yang akan menjemput jikalau hal seperti itu benar-benar terjadi?. Kelak, seperti apa kehidupannya dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat?. Seperti apa pandangan masyarakat terhadapnya?. Bagaimana dengan nasib karirnya?. Tentunya ada banyak lagi deretan pertanyaan yang jika semakin dicoba untuk dijawab, perasaan ngerih justru akan semakin akut menggerogoti.
Munculnya perlakuan negativ bagi ODHA jelas lahir bukan karena sesuatu yang tanpa dasar dan tidak beralasan. Disamping itu, bobot hukuman sosial berupa stigma dan diskriminasi bagi ODHA, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan dan menular lainnya.
Jika dikaji secara konperhensib, ada beberapa faktor yang menjadi pemicu munculnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Dalam hal ini, adanya pandangan miring terhadap HIV/AIDS menjadi polemik tersendiri beserta sejumlah kerumitan-kerumitan tertentu bagi masyarakat.
Opini masayarakat yang menyimpang
Fakta membuktikan; “HIV/AIDS adalah penyakit mematikan” dan “Belum ada obatnya”. Kedua model opini tersebut ibarat momok borok bagi masyarakat dalam mensikapi HIV/AIDS itu sendiri. Tidak tanggung-tanggung, dapak buruk atas opini tersebut mengarah secara langsung terhadap munculnya sikap devensif dan tertutup dari masyarakat.
Fakta memang harus disampaikan kepada masyarakat tanpa harus ditutup-tutupi sebagai sebuah upaya edukasi. Namun justru fakta itulah (HIV/AIDS adalah penyakit mematikan dan belum ada obatnya) yang memunculkan kondisi dilema bagi masyarakat. Pada satu sisi, masyarakat diajak untuk memerangi HIV/AIDS, dan pada sisi yang lain, ODHA sebagai manusia seutuhnya hidup ditengah-tengah masyarakat sambil menyandang suatu penyakit (borok) dalam tubuh mereka yang dibenci dan semestinya diperangi oleh masyarakat.
Efek Informasi yang tidak berimbang
Transformasi informasi yang tidak berimbang adalah motif utama timbulnya efek buruk bagi ODHA serta adanya pemahaman yang salah kapra terhadap HIV/AIDS itu sendiri. Ditengah hingar-bingar usaha memobilisasi masyarakat dalam memerangi penyebaran dan penularan HIV/AIDS, upaya-upaya edukatif justru cenderung tidak mampu mengimbangi gencarnya propaganda itu sendiri. Masyarakat tidak memiliki akses informasi yang berimbang dan memadai tentang apa sesungguhnya HIV/AIDS itu.
Siapa pun selama ia adalah manusia normal seperti manusia pada umumnya, jika diperhadapkan dengan perkara (penyakit) yang bersangkut-paut pada kematian. Pastinya, sikap yang akan muncul adalah kengerian pada tingkatan tertentu. Apalagi jika penyakit itu terbukti belum ada obatnya -- ditengah pesatnya kemajuan teknologi dibidang kesehatan saat ini.
Propokasi memang sangat dibutuhkan sebagai tindakan preventif, ditengah meningkatnya kasus inveksi virus HIV dan semakin bertambahnya korban yang meninggal dunia akibat ganasnya penyakit AIDS akhir-akhir ini. Namun selain propokasi untuk menarik perhatian masyarakat. Upaya-upaya edukatif tentunya harus dilakukan segencar dengan upaya-upaya propokatif yang telah diambil.
Dalam hal ini, perlunya transformasi informasi yang berimbang. Jika masyarakat selalu saja dicecoki tentang kengerian HIV/AIDS tanpa adanya langkah-langkah yang mengarah pada penciptaan pemahaman yang memadai tentang HIV/AIDS itu sandiri, maka yang timbul adalah masyarakat paraboid – masyarakat yang menutup diri. Parahnya lagi jika mereka telah tertular, namun kenyataan itu tidak mereka ketahui.
Aspek Media
Perkembangan pesat IT dewasa ini sangat menggembirakan, informasi dapat disebar dan diakses dengan muda oleh masyarakat tentunya dengan biaya yang cenderung semakin murah dari waktu-kewaktu. Batas teritori, jarak dan waktu seakan diterjemahkan ulang kedalam suatu rumusan -- rumusan maya dan kecepatan.
Seseorang dapat menjadi pahlawan/dipuja-puja hanya dalam waktu yang singkat dan demikian pula sebaliknya, pahlawan dapat dibenci dan dicaci dalam waktu yang singkat pula. Kenyataan ini adalah wujud eksistensi dari media saat ini.
Fakta bahwa HIV/AIDS sangat mematikan dan belum ada obatnya adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Namun ketika fakta tersebut bersentuhan dengan media, maka perlu ada unsur penyeimbang yang menyertai supaya kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS lahir bukan atas dasar hysteria, melainkan sesuatu yang benar-benar lahir dari nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.
Harapan utamanya, media cukup mampu kompromistis dalam memerangi stigma dan diskriminasi yang terjadi selama ini. Media memiliki peran yang pital dalam penghapusan stigma dan diskriminasi -- Mendorong masyarakat untuk mensikapi permasalahan ini secara wajar dan bertangungjawab.
Secara wajar adalah; mengajak masyarakat supaya tidak tertular atau terinfeksi. Bertanggungjawab dengan cara tidak mendiskreditkan mereka-mereka yang telah tertular/terinfeksi. Masyarakat dewasa ini cenderung terlalu berlebihan dalam ekspresi membentengi diri.
Aspek Moral
Saat ini, tantangan utama dari para petugas kesehatan adalah; masyarakat mengalami ketakutan untuk memeriksakan diri. Jangan-jangan mereka telah tertular oleh virus mematikan itu?. ada ketakutan tersendiri yang menghantui masyarakat sehingga enggan melakukan pemeriksaan kepada pihak berwajib. Padahal sebetulnya sikap seperti inilah yang paling merugikan, tidak hanya bagi individu tersebut, melainkan juga bagi keluarga, dan bahkan bagi lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan.
Perlu dipahami. Meskipun tes menunjukkan hasil positif, tidak serta-merta menjadikan segalanya telah berakhir. Epidemi HIV jika ditangani sejak dini dan dengan cara yang benar justru akan menghindarkan pasian dari perkembangan virus (HIV) menuju pada stadium AIDS yang beresiko pada kematian. Menghindarkan pasien dari kematian, terlebih lagi keluarga dan orang-orang terdekat yang dicintai.
Masyarakat terlanjur meng-amini bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang diakibatkan oleh hubungan sex, penyakit yang timbul dari perilaku sex bebas dan konsumsi yang menyimpang atas obat-obatan terlarang (Narkoba). Padahal sebetulnya HIV/AIDS juga menjangkiti manusia yang sama sekali bukan dari golongan free sex dan pengguna narkoba. Ada juga manusia yang berperilaku baik, normal, dan tidak menyimpang (terhindar dari perilaku beresiko1) justru tertular virus HIV.
Kasus seperti itu dapat terjadi di karenakan pemahaman yang sangat minim tetang HIV/AIDS itu sendiri. Korban yang paling banyak dalam golongan ini adalah bayi yang tertular dari orang tuannya, dimana orang tua tersebut tidak tahu menahu jikalau didalam tubuhnya terdapat virus yang sangat mematikan. Perkosaan -- salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan juga dapat menjadi motif terjadinya penularan. Dan sejumlah motif lain yang semestinya telah dipahami oleh masyarakat.
Purlu dipahami bahwa; tidak semua ODHA adalah pelaku seks bebas, pengguna Narkotika, dan pelanggar norma. Sabaliknya, tidak sedikit pula dari mera yang menjadi korban adalah orang-orang yang berperilaku baik dan taat norma. Masyarakat harus diajak berdialog dalam hal ini.
Menolak suatu pertalian (pengucilan, pelecehan, dan kekerasan fisik maupun non-fisik) hanya karena alasan HIV/AIDS, tentunya sikap seperti inilah sebagai bukti nyata akan adanya sikap dan tindakan diskriminasi -- Sikap tidak bertanggungjawab yang hanya berdasar pada ego dan pemahaman yang salah serta menyimpang.
Aspek kultural
Propaganda yang melupakan kondisi rill dan sosiologis masyarakat, tentunya adalah propaganda pepesan dan kosong belaka. Dalam budaya dan kondisi sosiologis ketimuran (ex; Indonesia), pembahasan tentang perkara sex adalah hal yang masih tabu jika dibandingkan dengan masyarakat barat yang telah melalui moderenitas yang sedemikian rupa -- tentunya dengan dasar budaya yang berbeda pula.
Vulgar dalam membahas persolan sex cenderung akan berbenturan dengan reaksi publik yang kadang-kadang berujung pada tindakan kekerasan pada tataran tertentu. Oleh karena itu perlunya aspek pendekatan culture approach dalam memprovokasi dan mengedukasi masyarakat tentang HIV/AIDS.
Kondom adalah contoh kasus yang paling konkrit. Bagi Barat, kondom adalah alat Bantu untuk menghindarkan masyarakat dari penyakit menular dan mematikan seperti HIV/AIDS dan penyakit-penyakit kelamin menular lainnya. Namun bagi Timur (Indonesia), kondom tidak serta merta dapat dipahami dalam konteks seperti itu.
Ketika ATM kondom diberlakukan, maka yang terjadi adalah reaksi masyarakat yang cenderung naik pitam dan merasa terlecehkan dengan adanya mesin tersebut. Kondom dipandang sebagai icon seks bebas. Apakah tradisi Barat telah benar dan Timur salah dalam hal penyikapan itu?. Tentunya tidak!. Barat memiliki keragaman dan keunikannya sendiri. Demikian pula dengan Timur (Indonesia) -- punya keragaman dan keunikannya sendiri.
Persolana krusial yang patut diperhatikan dalam permasalahan ini adalah; Dengan cara apa?, supaya trasformasi informasi (HIV/AIDS) yang disampaikan kepada masyarakat dapat mereka terima tanpa merasa terinjak-injak harkat dan martabatnya. Tentunya, bukan dengan cara menakut-nakuti sembari mengharap agar perhatian mereka terkait pada mata kail ketakutan.
Aspek pemerintah
Stigma dan diskriminasi yang terjadi diberbagai lini masyarakat berupa; tingkat individu, komunitas, masyarakat, institusi, dan opini di berbagai media. Sesegeramungkin dilakukan klarifikasi. Pemerintah dalam hal ini sebagai faktor penentu.
Menghapus diskriminasi tidak cukup dengan mencegah penularan, perawatan serta dukungan moril bagi yang telah terinveksi. Namun tindakan-tindakan yang tidak kalah penting adalah mengajak masyarakat untuk merubah persepsi salah tentang HIV/AIDS yang selama ini dianut oleh mereka. Semua itu hanya dapat dicapai dengan adanya politik-kesehatah yang jelas, berupa kebijakan dan inplementasi yang tepat.
Edukasai
Kasadaran masyarakat adalah kunci utama; objek nyata yang seharusnya menjadi objek perang adalah penularan virus HIV itu sendiri, bukan terhadap ODHA yang menjadi korban HIV/AIDS. Mendorong masyarakat terkait dukungan moril bagi mereka yang telah terinfeksi (ODHA) sebagai bentuk kepedulian sosial. Sekurang-kurangnya membantu mengurangi beban moril yang mereka emban.
Adanaya bimbingan konseling bagi masyarakat; memosisikan masyarakat sebagai bagian integral dari pencegahan, penularan, dan penanggulangan HIV/AIDS. Tentunya, persoalan seperti apa masyarakat memandang HIV/AIDS? dan Sejauh mana pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS?, kedua persoalan ini harus dituntaskan terlebih dahulu sebagai syarat mutlak.
Pemahaman yang salah terhadap HIV/AIDS justru menjadi penghambat utama upaya penanggulangan terhadap HIV/AIDS itu sendiri.
Kamis, 23 April 2009
Fakta Globalisasi
Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi.
Disintegrasi negara-negara komunis yang mengakhiri Perang Dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya kekuatan yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideologi perdagangan dan ekonomi, globalisasi sering disebut sebagai Dekolonisasi (Ommen), Rekolonisasi (Oliver, Balasuriya, Chandran), Neo-Kapitalisme (Menon), Neo-Liberalisme (Ramakrishnan). Malahan Sada menyebut globalisasi sebagai eksistensi Kapitalisme Euro-Amerika di Dunia Ketiga. (dikutip dari artikel: Globalisasi, oleh RP Borrong). Sebagian lagi berpendapat bahwa meski kata globalisasi belum dikenal, globalisasi telah ada jauh sebelum revolusi eloktronik terjadi.
Berkaca pada sejarah terbentuknya globalisasi, terlepas dari pro-kontra para pakar globalisasi mengenai sejarah globalisasi yang belum terselesaikan hingga sekarang ini. Sesuatu yang sangat menggembirakan adalah dibalik pro-kontra itu, benang merah globalisasi masih menampakkan sosoknya. Globalisasi kemudian diartikan sebagai suatu upaya ummat manusia untuk berinteraksi antar sesamanya yang tidak lagi terkendala oleh jarak, batas-batas ruang dan terciptanya efisiensi waktu. Interaksi itu bisa berupa kerjasama, kompromi, saling bertukar pikiran, berdagang dll. Intinya adalah penciptaan kemudahan-kemudahan, pengurangan bahkan penghapusan kemiskinan dan ketimpangan, serta manusia saling memahami dan mengenal.
Kemajuan teknologi dan informasi sebagai batu loncatan dalam mempercepat laju arus globalisasi. Media Internet sebagai salah satu pondasi globalisasi itu sendiri semakin marak diakses masyarakat dan harganyapun semakin murah. Ketersediaan gatged (Handphone, Labtop) murah dan memadai terus-menerus memperluas jangkauan interaksi manusia, melintasi batas-batas teritori, memodifikasi waktu dan loncatan-loncatan ruang yang semakin menakjubkan. Kesemuanya itu semakin memperlengkap sketsa globalisasi.
Jika boleh menyederhanakan. Globalisasi ibarat sebuah proyek. Oleh karena ia berbentuk proyek maka tentunya memiliki dampak, terlepas dampak yang ditimbulkan mengarahkan menusia pada suatu kemajuan ataukah justru menjerumuskan menusia kedalam kebinasaan dan kemunduran (keterbelakangan). Globalisasi sebagai proyek masa depan jelas akan berhadapan secara terang-terangan dengan aneka macam benturan. Benturan ideologi, moral, budaya, politik, ekonomi, agama dll, tentunya dari benturan-benturan tersebut melahirkan beberapa bentuk sikap. Misalnya; kerjasama, kompromi, ataupun pertentangan.
Pro-Kontra terhadap globalisasi jelas adalah sebuah kewajaran yang alamiah. Akan tetapi sangat disayangkan jikalau Pro maupun Kontra itu muncul atas dasar pertimbangan asa mamfaat semata. Pro ketika melihat efek-efek positif dan Kontra ketika melihat efek negative jauh lebih banyak ketimbang efek positifnya.
Tentunya esensi penyikapan yang benar terhadap globalisasi sangat dibutuhkan, tidak sekedar pada tatanan Pro atau Kontra, akan tetapi memahami globalisasi sebagai suatu proyek manusia secara massal dan mengglobal, tentunya harus dikelola secara massal dan mengglobal pula. Kesadaran individu secara khusus dan kesadaran universal secara umum sangat dibutuhkan.
Fakta justru menunjukkan banyak individu yang tidak menyadari posisi dan peran mereka terhadap globalisasi. Oleh karena ketidak sadaran tersebut, beberapa pihak seperti para pemilik modal mereduksi ketidak sadaran itu kedalam sebuah proyek capital yang dimana masyarakat dikondisikan pada suatu tatanan nilai yang mereka tidak paham akan hakikatnya, parahnya lagi mereka tidak sadar kalau sedang dikondisikan dan dimanfaatkan oleh sekelompok kepentingan tertentu.
Oleh karena globalisasi ibarat sebuah proyek dan tentunya masyarakat dunia adalah bagian dari proyek tersebut maka, proyek globalisasi harus terus menerus dievaluasi. Lewat pembentukan kesadaran secara individu pada khususnya dan penyadaran terhadap masyarakat dunia (global) pada umumnya. Sadar akan posisi, potensi, dan peran masing-masing
Masalah-masalah urgen dan sangat mendesak untuk segera disikapi:
- Borderless. Penghapusan batas-batas wilayah teritori dalam cakupan negara
- Mengaburnya nilai dan identitas. Adanya budaya meniru yang tidak didasari oleh pemahaman dan kesadaran terhadap apa yang ditirukan
- Pengkondisian secara massal dan massif. Globalisasi yang identik dengan Ekonomi-politik mengejawatahkan kepentingan-kepentigan capital yang tercermin dalam korporasi Trans-nasional mengkondisikan masyarakat dunia pada suatu nilai yang sejalan dengan proyek ekonomi-politiknya dan mengeliminasi segala nilai yang dipandang menghambat atau menentang proyek ekonomi-politiknya. Contoh; IMF dan Tragedi kemalangan kaum petani Indonesia pasca krisis 1998. UU penanaman modal yang terlampau liberal dan kebablasan. Isu-isu global (ex; Global warming) yang carut marut tak karuan
- Westernisasi ala Amerika. Sebagian kalangan mengartikan globalisasi sebagai manifestasi dari westernisasi ala Amerika, Globalisasi kemudian menjadi identik dengan proyek ekonomi kapitalis, segala sesuatu telah dipandang sebagai komoditi ekonomi (materil). Benarkah globalisasi hanya sebatas itu.
Lampiran
Situs: Wikipedia Online
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas Negara
Pengertian
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Ciri globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
- Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
- Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
- Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
- 4.Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
Teori globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Sejarah globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur.
Selasa, 03 Maret 2009
Puisi "Masala"
(Sam-ka)
Tidak mengetahuai, atau tidak mengerti masalah
Bermasalah atau dipermasalahkan
Tidak bermasalah tapi mempermasalahkan
Masalah, yah...ada banyak masalah
Barangkali kita sendirilah yang bermasalah
Entahlah..., Sebab kita sering-sering mempermasalahkan
Atau, masalah banyak karena kita banyak
Entahlah..., sebab kita juga sering-sering dipermasalahkan
Munkin demikianlah adanya
Bedanya apa? Kita dan Masalah
Menaggulangi masalah atau ditanggulangi masalah
Menciptakan masalah atau diciptakan masalah
Menguasai masalah atau dikuasai masalah
Menyelesaikan masalah atau diselesaikan masalah
Kok mulai bingung aku!
Trus, Apa yang bermasalah
Tanyakan dulu apa yang dipermasalahkan
Siapa yang bermasalah
Tanyakan dulu siapa yang dipermasalahkan
Apa mempermasalahkan apa
Siapa mempermasalahkan siapa
Singkat saja biar simpel. Apa atau siapa masalah itu?
Ah….Sudahlah! Aku bingung membahasnya
Malang, 14-02-09
Senin, 16 Februari 2009
Era-Konvergensi IT dan Telekomunikasi
Era-Konvergensi IT dan Telekomunikasi
Visi 2015
Prosfek Konvergensi IT dan Telekomunikasi
- Teknologi harus berupa barang atau jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat tanpa membeda-bedakan antara masyarakat kalangan atas dan masyarakat kalangan bawah. Sekmentasi pasar maupun produk adalah hal yang wajar-wajar saja, sebab itu adalah wilaya bisnis (selama dapat dipertanggungjawabkan sacara hukum dan sosial). Namun poin pinting yang harus diperhatikan adalah, akses teknilogi IT dan Telekomunikasi seyogyanya mampu menjangkau seluruh kalangan masyarakat baik yang tinggal diperkotaan terlebih lagi yang tinggal dipelosok-pelosok pedesaan
- Masyarakat harus melek teknologi. Seberapapun majunya sebuah teknologi jikalau masyarakat tidak melek teknologi, tentunya kemajuan dan capaian yang ada hanyalah sia-sia belaka. Oleh sebab itu harus ada edukasi secara massif dan bersifat kontinuitas bagi masyarakat. Peluang apapun yang ditawarkan jika masyarakat tidak mampu berperan aktif dan respon terhadap peluang yang ada, maka yang terjadi adalah peluang dan tawaran yang sia-sia.
Sedia payung sebelum hujan
Jumat, 09 Januari 2009
Obama dan Tatanan Baru
Obama dan Tatanan Baru
“…Kepercayaan dunia kepada Amerika hanya bisa dipulihkan dengan diplomasi personal tingkat presiden. Bila saya mengunjungi negeri muslim, Saya akan katakan bahwa saya pemeluk Kristen yang pernah tiggal dinegara dengan penduduk Muslim terbesar didunia. Saya tidak akan membawa paradigma benturan peradaban, tetapi saya berkeyakinan antara Amerika dan Negara-negara itu terdapat banyak sekali kesamaan kepentingan yang dapat dikembangkan bersama….”
Kutipan singkat atas pidato Obama tersebut diatas ibarat cerminan petah perpolitikan AS kedepan. Lewat presiden baru dan kebijakan yang baru, AS seakan-akan berupaya untuk menunjukkan sebuah tatanan dunia yang baru.
Change (We can believe in) sebagai semboyan politik yang menjanjikan adanya babak baru. Obama tampil dengan karisma dan visi yang sangat meyakinan, tidak hanya bagi warga AS yang mendukungnya dalam pemilu akan tetapi masyarakat duniapun ikut terpukau oleh sosoknya yang cerdas serta karismatik.
Harapan baru dikalangan masyarakat dunia dan khususnya masyarakat AS sendiri mencuak secara kental kepermukaan. terlepas dari persoalan dunia yang kini menjadi ganas dan tak bersahabat. Opini publik seakan-akan tergiring pada suatu impian dunia baru, dunia yang lebih ramah dan bersahabat. Masyarakat AS bahkan masyarakat duniapun kini mendambakan tatanan baru, khususnya tatanan ekonomi dan politik yang lebih bersahabat.
Maskipun pemerintahan Obama didukung oleh kemenagan Demokrat yang mencakupi Gedung Putih dan senat serta DPR, namun tetap saja pemerintahannya akan berhadapan dengan rintangan yang besar. Kondisi ekonomi AS dewasa ini adalah PR paling nyata, butuh perbenahan secara cepat dan tepat. Berawal dari krisis subprime mortage disusul oleh kolapnya sistem finansial domestik, dengan cepat merembet keluar keberbagai belahan dunia (krisis finansial global). Kebangkrutan serta krisis bagi perusahaan-prusahaan besar dan Trans-Nasional AS yang berujung pada pemutusan kontrak karja bagi ribuan karyawan (pengangguran). Citra AS sebagai Negara dengan ekonomi digdaya kini telah memudar.
Beberapa kalangan menilai, kemenangan Demokrat atas Repuplik adalah bentuk dari kekecewaan masyarakat AS atas pemerintahan sebelumnya yang terkanal hobi mengangkat senjata ketimbang berdiplomasi dalam menyelesaikan masalah. sebagian kalangan lagi menilai, terpilihnya Barack Obama sebagai presiden kulit hitam AS pertama adalah sebuah fenomena. Amerika sebagai Negara pencetus demokrasi, kini telah benar-benar membuktikan dirinya sebagai pangeran demokrasi -- karakter Obama mampu menampik isu ras yang secara politik merugikan figurnya.
Jajak pendapat BBC World Service yang tersebar di 17 negara mendapati rata-rata dua pertiga dari orang yang dimintai pendapatnya tentang Obama yakin bahwa Obama akan meningkatkan hubungan antara AS dan bagian dunia lainnya. Benarkah harapan seperti itu akan terwujud? Salahkah jika masyarakat dunia berharap? Yang jelas, dibalik sebuah harapan besar, tersimpan kekecewaan yang besar
Obama mewarisi ekonomi yang sakit (krisis), pemanasan global, free trade agreements yang cenderung berat sebelah, kemiskinan dan pelanggaran HAM, perang di Afghanistan, Irak dan konflik di Timur Tengah tempat AS memiliki peran penting, serta puing-puing pembantaian dijalur Gaza. Semua permasalahan itu membutuhkan pemcahan. Mampukah Obama membawa perubahan?