Senin, 16 Februari 2009

Era-Konvergensi IT dan Telekomunikasi



Era-Konvergensi IT dan Telekomunikasi
(Olah: Sudarno)

The World Is Flat, adalah sebuah judul buku yang ditulus oleh Thomas L Friedman (2006), seorang kolomnis Foreign Affairs The New York Times. Istilah ini kini menginspirasi banyak orang tentang capaian teknologi di bidang informasi dan Telekomunikasi. Arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, hampir-hampir saja tak terbendung. Persoalan teritori wilayah, jarak, waktu, dan bahkan bahasa sebagai alat komunikasi itu sendiri tidak lagi menjadi kendala yang bersifat mustahil untuk ditaklukkan.

Siapa sangka orang Indonesia kini dapat bercakap-cakap dengan orang lain diberbagai penjuru dunia (ex: Amerika) yang tidak hanya mendengar suara saja, akan tetapi wajah bahkan seluruh tubuh secara utuh dapat dihadirkan dalam sebuah percakapan dalam jarak yang mungkin saja, dahulu adala hal yang sangat mustahil untuk terjadi. Bahkan mungkin kenyataan seperti ini hanya ada dan nyata dalam dunia dongeng semata, dimana para tokoh dongennya dapat berkomuniasi secara telepati. Tapi sekarang interaksi seperti itu adalah nyata adanya. Hanya dengan seperangkat PC dan sambungan Online (internet) semata, sebagai prasyarat media komunikasi. Jika menganggap menyediakan PC dan perangkat Online-nya berbiaya mahal. Maka tinggal mengunjungi Warnet, dengan modal sekian ribuh Rupiah saja, siapapun dapat berinteraksi dengan masyarakat dunia.

Namun dewasa ini, ternyata Warnet dengan segala fasilitas eksklusif serta berbiaya yang murah, masih juga dianggap belum cukup memadai untuk melayani kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan mengakses informasi secara memadai dan efisien. Manusia butuh lebih, sesuatu yang jauh lebih praktis ketimbang harus bertandang ke warnet terlebih dahulu, agar bisa berkomunikasi terutama mengakses informasi.

Pada bidang lain, sebut saja telekomunikasi. Perkembangan dibidang ini mencatat rekor yang spektakuler, inovasi-inovasi baru terus bermunculan seiring dengan perkembangan waktu. Industri-industri penyedia perangkat telekomunikasi, baik itu gatget (penetrasi) serta Industri yang berbasis layanan jasa semakin membaik dan ekonomis dari tahun ketahun.

Perangkat-perangkat baru yang terus berevolusi dengan cara yang menjanjikan, menjadikan seluler sebagai perangkat telekomunikasi yang simpel, praktis, dan efisien serta mudah dibawa kemana saja. Alhasil pertumbuhan industri seluler menjadi sektor industri yang tidak kalah menjanjikan ketimbang industri IT (Information Technology).

Namun apa yang terbayang dalam benak kita?, misalkan. Teknologi informasi yang dahsyat itu disatu padukan dengan teknologi telekomunikasi yang super canggih (ITC- Information and Communication Technology) kedalam sebuah perangkat komunikasi. Tarulah misalkan kedalam seluler yang sering kita tenteng kemana-mana. Kadang kala kehadirannya dalam hidup keseharian sering kita lupakan. Ketika deringnya berbunyi sebab ada pesan atau panggilan masuk, barulah kita ingat kalau-kalau kita terus-menerus bersanding dengan teknologi canggih, kemanapun kita pergi.

Mobilitas seperti apa yang akan menunggu kita?, misalkan. Seluler yang tren sebagai icon mobile, mampu menyajikan kedua teknologi tersebut kedalam sebuah perangkat gatget yang simpel, ringan, praktis, dan dapat dibawa kemana saja. Manusia akan saling terhubung tampa sekat ruang dan waktu, bertukar pikiran, berbagi informasi kapanpun mereka mau dan dimanapun mereka berada (live time and real time).

Visi 2015
Mencermati Visi Indonesia 2015 dibidang telekomunikasi, dimana saat ini kemajuan telekomunikasi nasional butuh perbenahan yang memadai dan sesegerah mungkin untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain yang telah jauh melangkah meninggalkan kita. Saat ini, jalur sistem komunikasi dan invormasi yang marak digunakan masyarakat, pada umumnya masih berada pada format terpisah untuk suara, data, teks, dan gambar. Meski teknolonginya sesungguhnya telah mendukung kearah konvergen (3G). Namun fakta lapangan sangat penting untuk dicermati dengan cermat secermatnya. Mencermati kondisi umum masyarakat indonesia sekarang ini, daya saing yang rendah oleh sebab pembangunan potensi manusia (SDM) yang kurang memadai, tidak terkecuali pada kemelekan IT dan Telekomunikasi. Jika kondisi ini terus-menerus terabaikan. Jangankan bercita-cita untuk berkompetisi secara global dapat terwujud. Untuk sekedar barkompetisi secara domestik saja, jelas kita bakal kewalahan dan kapayahan.

Prosfek Konvergensi IT dan Telekomunikasi
Diperkiran, dimasa yang akan datang?, ketika era-konvergensi ini benar-benar terwujud serta didukung oleh perkembangan perangkat penetrasi yang memadai. Manusia akan menjadi makluk yang Super-mobile, informasi menjadi kamoditi, barang konsumsi, dan kebutuhan dasar setiap individu. Efisiensi waktu semakin tinggi, jarak tidak lagi menjadi penghambat yang signifikan dalam pergaulan manusia. Interaksi antara sesama manusia akan meng-global, batas-batas teritori wilah seakan-akan telah kabur bahkan mungkin akan terhapus (borderless). Bahasa tidak lagi menjadi penghalang untuk berkomunikasi secara global.

Layanan hiburan, berbagi data dan file, tempat untuk berdiskusi, ruangan untuk bersekolah, area untuk berdiskusi dan konsultasi, akses layanan jasa dan pembayaran (listrik, tolepon dll), transaksi jual beli, meeting karyawan dan menejer, dan bahkan gedung perkantoran atau sekolah sekalipun ada dalam satu genggaman yang praktis dan muda dibawa kemana saja.

Mungkin uraian tersebut amat terkesan membual!. Tapi, bagaimana dengan India misalkan?. Pasca merdeka dari Inggris, India adalah negara yang sangat miskin. Namun kenyataan sekarang ini sangat jauh berbeda dengan India yang dikenal dulu. India kini memiliki sekumpulan perusahaan-perusahan yang bertempat dikawasan Bhavya dan Bangalore, diman peusahaan-perusahaan tersebut mampu menyediakan tenaga kerja yang handal, kompetitif, dan mampu bersaing dengan tenaga-tenaga ahli dunia (dinegara-negara yang maju dan mapan). Kompetitif, handal ditambah dengan harga jasa mereka yang murah.

Siapa sangka India yang dulu dikenal sebagai negara miskin dapat melaju dengan cepat. India mencapai perkembangan teknologi IT dan Telekomunikasi yang sangat fenomenal dan patut untuk dijadikan cerminan kemajuan saat ini. Kini India identik dengan teknologi IT dan Telekomunikasi. Banyak orang India yang menjadi pakar dan tenaga ahli diberbagai negara. Dan menariknya, mereka tidak mesti harus meninggalkan negaranya untuk bekerja dinegara lain, sebut saja misalkan bekerja di perusahaan dan instansi-instansi di Amerika yang memiliki rantai bisnis yang telah mengglobal seperti Dell, American On Line (AOL), dan tentunya Microsoft yang terkenal itu. Mereka tinggal teken proyek dan dikerjakan dirumah sendiri kemudian setor melalui perangkat teknologi yang canggih. Sanagat praktis bukan!. Contoh lain misalkan di Jepang. Para petani, nelayan, dan peternak melakukan transaksi jual belinya lewat internet. Mereka tinggal bernegoisiasi dan ketika telah bersepakat barang dikirim dan uang ditransfer secara On Line.

Dunia datar ala Thomas L Friedman bersumbu pada perkembangan dan kemajuan teknologi IT dan Telekomunikasi. Siapapun yang ingin menjadi pemain didunia yang semakin mengglobal sekarang ini, maka ia harus menguasai perangkat globalisasi yaitu IT dan Telekomunikasi. Informasi dunia kerja dapat diperoleh dengan mudah, informasi input (alat, material) produksi, searching, outsoursing, menjaring dan mengelola peluang dan lain sebagainya dapan dilakukan denagan media internet.

Bagaimana dengan konteks Indonesia dewasa ini?. Jalan diperkotaan langganan macet, jaduwal masuk sekolah mesti dimajukan untuk mengurangi kemacetan. Biaya pendidikan yang semakin tidak terjangkau oleh banyak kalangan. Akibatnya siswa/mahasiswa lebih banyak berdemo ketimbang belajar, biaya mahal yang tak terjangkau terutama masyarakat kalangan bawah (miskin) menjadikan angka putus sekolah dari tahun ketahun sangat tinggi. Biaya ekonomi tinggi, karena sosialisasi aturan dan infrastruktur yang tidak maksimal. Pemerataan pembangunan dan pembagian kue pembangunan yang tidak merata, dan ada banyak lagi deretan masalah-masalah yang mesti diperbaiki. Meskipun secara sadar, segala persoalan bangsa yang ada sekarang ini jelas tidak dapat diselesaikan hanya dengan sekedar pencapain teknologi IT dan telekomunikasi yang lebih maju dan memadai, namun setidaknya perlu adanya stimulus kearah berkehidupan yang lebih baik lagi ketimbang yang kita miliki sekarang ini.

Pertanyaan yang akan muncul kemudian. Cara seperti apa yang mesti ditempu, sehingga kemajuan tersebut dapat dicapai?. “Era-konvergensi”, ramalan itu begitu menggiurkan!”. Saat ini terpampang dihadapan kita dua opsi, yang bolehlah diibaratkan sebagai jalan tol menuju era-konvergensi IT dan Telekomunikasi. 3G dan WiMAX nama jalannya. Meskipun kedepan tidak menutup kemungkinan akan hadirnya lintasan yang baru dan berbeda dengan kedua lintasan yang ada sekarang ini, ataukah melengkapi salah satu bahkan kedua lintasan tersebut. Namun untuk sementara, 3G dan WiMAX yang paling memungkinkan dan nyata adanya.

Peluang 3G dan WiMAX
Potensi tegnologi 3G dan WiMAX yang sekarang ini hangat diperbincangkan. Sebagian kalangan berpendapat 3G akan tergusur oleh WiMAX yang kabarnya selangkah lebih maju dan lebih canggih. Ada juga yang berpendapat bahwa keduanya dapat berjalan bersama-sama dan saling melengkapi, sebab dari segi infrastruktur 3G meski kalah dalam kemajuan dan kecanggihan teknologi, namun 3G unggul dari segi dukungan perangkat Gatged yang sekarang ini melimpah dipasar, sementara WiMAX baru tersedia pada vendor-vendor tertentu saja dan sifatnya masih sangat langka. Meski isu tentang potensi bisnis antara kedua teknologi ini muncul hampir bersamaan didalam negeri tahun 2001 lalu.

3G dan WiMAX ibarat dua jalan tol yang berbeda namun sama-sama menuju pada stasiun yang sama. Stasiun era-konvergensi IT dan Telekomunikasi, meski spesifikasi diantara keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Namun keduanya sama-sama menjanjikan untuk dilewati sebagai jalur menuju era-konvergensi. WiMAX secara teori selangkah lebih maju terutama persoalan efisiensi trasfer data dengan kecepatan yang tinggi dan biaya murah serta daya jangkauan jaringannya. Tipi untuk konteks kekinian, penetrasi yang mendukungnya masih sangat langkah. Belum lagi infrastruktur yang mendukung misalkan pemancaran sinyal belum terbangun. Jika mencermati kondisi ekonomi global yang cenderung kearah perlambatan untuk beberapa tahun kedepan. Saya berkesimpulan bahwa keduanya sama-sama memiliki peluang sebab. keduanya sama-sama menjanjikan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Dimasa mendatang, jikalau memang terjadi pertarungan teknologi. Apapun pemenangnya, teknologi jenis apapun yang akan diterapkan bukanlah menjadi persoalan yang krusial sebab perkembangan teknologi dewasa ini cenderung bersifat cepat dan sangat cepat, yang baru melengkapi yang lama, dan tidak jarang juga yang baru mematikan yang lama ataupun sebaliknya (dinamis). Namun kunci dari perkembangan itu terletak pada: (1.) Masyarakat, sejauh mana masyarakat mampu berpartisipasi. (2.) Pemerintah (regulator dalam hal ini BRTI) sedangkan (3.)Industri, cenderung mengikuti arah dan panduan kebijakan Regulator serta animo dan permitaan dari masyarakat.

Dalam konteks sekarang. Hubungan yang terjalin antara regulator dan industri masih cenderung beraroma hubungan vertikal. Harapan sesungguhnya adalah, hubungan antara pemerintah (regulator) dan industri yang berbasis IT dan Telekomunikasi bermetamorfosis secapat mungkin tanpa mengesampingkan kematangan dan tanggung jawab sosial yang diemban Regulator dan industri. Sebab baik elemen pemerintah sebagai regulator (BRTI), industri penyedia barang, jasa informasi dan telekomunikasi, serta masyarakat sebagai konsumen akan sangat harmonis jika pertalian yang ada sekarang ini tersimpul sebagai mitra kerja. Industri tidak merasa terdikte atau dikebiri bisnisnya. Masyarakat terhindar dari praktek-praktek eksploitasi bisnis yang tidak bertanggungjawab. Pemerintah (regulator) mampu bertanggungjawab secara sosial dan hukum.

Hubungan mitra kerja sepatutnya dimulai dengan kerjasama dalam pemilihan jalur (menuju konvergensi) secara profesional dan bertanggungjawab. Kelak, apapun basis sistem teknologi IT dan Telekomunikasi yang akan diterapkan beserta resiko dan rintangannya, dapat diatasi secara bersama-sama. Kekompakan dalam mengeliminasi dan menghindari resiko gagal aplikasi teknologi adalah mutlak adanya. Adapun resiko-resiko nyata yang berpotensi menjadi penghambat tersebut:

  1. Teknologi harus berupa barang atau jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat tanpa membeda-bedakan antara masyarakat kalangan atas dan masyarakat kalangan bawah. Sekmentasi pasar maupun produk adalah hal yang wajar-wajar saja, sebab itu adalah wilaya bisnis (selama dapat dipertanggungjawabkan sacara hukum dan sosial). Namun poin pinting yang harus diperhatikan adalah, akses teknilogi IT dan Telekomunikasi seyogyanya mampu menjangkau seluruh kalangan masyarakat baik yang tinggal diperkotaan terlebih lagi yang tinggal dipelosok-pelosok pedesaan
  2. Masyarakat harus melek teknologi. Seberapapun majunya sebuah teknologi jikalau masyarakat tidak melek teknologi, tentunya kemajuan dan capaian yang ada hanyalah sia-sia belaka. Oleh sebab itu harus ada edukasi secara massif dan bersifat kontinuitas bagi masyarakat. Peluang apapun yang ditawarkan jika masyarakat tidak mampu berperan aktif dan respon terhadap peluang yang ada, maka yang terjadi adalah peluang dan tawaran yang sia-sia.

Sedia payung sebelum hujan
Tren globalisasi sekarang ini adalah mengkondisikan manusia untuk mengikuti segala apa yang dititahkannya. Sedangkat tiang penopangnya adalah teknologi IT dan Telekomunikasi. Memoderenkan sistem IT dan Telekomunikasi dalam negeri tak ubahnya mendeklarasikan diri untuk go-internasional, ikut berkecimpung kedalam kompetisi global. Meski teknologi yang canggih adalah harapan yang nyata untuk mengejar ketertinggalan, akan tetapi penerapan teknologi tanpa pemetaan dan langkah serta kebijakan yang strategis justru akan berimbas pada kemunduran dan kekacauan.

Masyarakat indonesia sebagai masyarakat yang heterogen dan multi kultur, tentunya akan sangat sulit beradaptasi bersama dengan arah gerak globalisasi dewasa ini. Penerapan teknologi pada bidang informasi, disatu sisi adalah kebutuhan yang mesti terpenuhi jika ingin maju dan bersaing secara global, namun pada sisi yang lain informasi yang tidak dikelola secara berimbang justru akan melahirkan sikap resistensi dan berpotensi mencederai persatuan dan kesatuan bangsa (pertahanan dan keamanan).

Globalisasi yang kita kenal sekarang ini cenderung dikecam sebagai westernisasi atau Amerkanisasi. Kecaman itu, tidak hanya datang dari tingkatan domestik akan tetapi ditingkatan internasionalpun, masyarakat dunia cenderung berparadigme kearah itu.

Tren pergerakan dan penyebaran jalur informasi global yang tidak berimbang. Amerika dan baratlah yang menguasai teknologi komunikasi, sehingga wajar-wajar saja jikalau globalisasi cenderung berbau Amerika dan barat. Tapi keti Era-konvergensi betul-betul terwujud. Semua orang dapat membuat, mengelola dan membagi informasi. Sehingga informasi yang kental dengan nuansa sepihak dengan mudah diidentifiksi.

Tentunya, tidak semua informasi layak untuk dikonsumsi secara umum. Kedepannya, penerapan IT dan Telekomunikasi yang konvergen kemungkinan akan sering condong untuk bersinggungan dengan wilayah hukum (jika tidak dikelola secara bijak). Contoh paling kecil adalah UU hak kekayaan intelektual (tingkatan global) dan UU pornografi dan pornoaksi (tingkatan domestik). Meski demikian, IT dan Telekomunikasi yang maju, juga berpotensi dalam mengedukasi masyarakat dan tidak terkecuali dibidang hukum itu sendiri.

Jika mencermati isu tentang konvergensi ini. inti sesungguhnya yang dapat dipetik dari konvergensi IT dan Telekomunikasi tersebut adalah “menciptakan kemudahan-kemudahan”. Kemudahan dalam megakses informasi, berbagi informasi, mengelola dan mengkonsumsi informasi, serta komunikasi yang semakin efisien dan murah. Namun justru karena kemudahan-kemudahan seperti itulah, arah kebijakan IT dan Telekomunikasi yang bertolak pada konvergansi perlu disikapi secara bijaksana dan terbuka demi kemajuan bersama. Kemudahan-kemudahan tidak serta-merta menuju kearah yang positif akan tetapi berpotensi pula kearah sebaliknya

Penerapan konvergansi IT dan Telekomunikasi tentunya tidak akan berjalan mulus, semulus yang kita perkirakan dan rencanakan. Menciptakan perubahan memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun apapun dan seperti apapun tantangannya, kesemuanya itu harus dihadapi dan diselesaikan secara profesional dan bertanggungjawab. Mampukah rancangan itu membawa perubahan yang signifikan?. Waktu dan kerja keras, serta ketekunanlah yang mapu menjawabnya.

Jikalau Amerika, India, Jepang telah menemukan jalan menuju dunia datar mereka, maka bagaimana dengan Indonesia. Sebab, lain AS, lain India, lian Jepang dan lain pula Indonesia. Kedepannya, regulator dan Industri berbasis IT dan Telokomunikasi perlu sesering mungkin untuk duduk bersama. Butuh lebih banyak seminar, penyuluhan-penyuluhan, diskusi, serta berbagai jenis kegiatan lainnya yang bertumpuh pada edukasi masyarakat yang tertinggal dalam penguasaan teknologi. Dengan harapan masyarakat melek teknologi, dan kelak tentunya adalah penguasa teknologi itu sendiri.

Tentu saja, sejauh apapun capaian teknologi jikalau masyarakatnya buta teknologi maka capaian tersebut akan menjadi capaian yang sia-sia saja dan tentu saja tak ubahnya pemborosan yang pada akhirnya adalah bentuk lain dari kegagalan itu sendiri. Tentunya apa yang telah dicanagkan selama ini sangat disayangkan jika nantinya menuju kearah kemerosotan itu.

Apakah jalan yang harus dilalui untuk menuju Era-konvergensi IT dan Teknologi lewat 3G ataukah WiMAX, atau mungkin lewat alternatif yang lain lagi. Jawabannya ada pada seberapa besar peran dan keberhasilan para pendukung untuk masing-masing teknologi dalam mensosialisasikan perangkatnya kepada masyrakat. Masyarakatlah yang akan memilih atas dasar manfaat, fasilitas, layanan, dan harga yang ditawarkan.

Mampukah konvergensi IT dan Telekomunikasi membawa perubahan?. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda!.


Labels