Sabtu, 14 November 2009

Guru, Jangan Mau Jadi Orang Yang Gaptek!

Gagap teknologi (gaptek) sebetulnya bukan karena persoalan tidak memiliki ilmu, akan tetapi jauh lebih disebabkan oleh ketidak terbiasaan dan kurangnya akses seseorang untuk bersentuhan dengan teknologi. Contoh paling sederhana, Ponsel (HP). Bisa dibayangkan betapa rumitnya mengoperasikan teknologi simpel itu bagi orang yang untuk kali pertama kalinya bersentuhan dengan kecanggihan teknologi.

Berita yang diturunkan KOMPAS online menyatakan bahwa; banyak guru yang gagap teknologi. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat guru adalah peletak pondasi dasar dibidang pendidikan bagi para pesarta didik. Terlebih lagi, tren perkembangan dunia dewasa ini diwarnai oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat.




Guru sebagai tulang punggung pendidikan dan pencerdasan bangsa tampaknya diperhadapkan pada sebuah agenda besar -- Melek tegnologi sudah menjadi suatu keharusan. Sebab, sangat disayangkan jika terobosan-terobosan baru pada berbagai disiplin ilmu mengalami keterputusan atau kadar luarsa akibat gaptek masih terus dipelihara.

Sekarang ponsel semakin murah untuk dimiliki oleh siapapun, tidak terkecuali juga untuk perangkat PC dan Labtop (Net Book, Note Book, Live Book, dll).

Sudah sering dan bahkan lumrah kita jumpai orang-orang yang memiliki ponsel lebih dari satu, dan itu dimaksudkan untuk mengoptimal fungsi-funsi yang ada pada ponsel tersebut. Melek teknologi mendorong manusia untuk semakin mengoptimalkan fungsi teknologi itu sendiri.

Dulunya hp adalah barang rumit, mahal dengan segala prestinya. Sekarang ibarat; taman bermain, hiburan, dan sarana komunikasi yang efektif, efisien, dan ekonomis. Apalagi setelah kemampuan PC secara progresip dijejalkan padanya. Alhasil, konektifitas seseorang menjadi semakin pariatif.

Gagap karena belum terbiasa sebetulnya bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan. Sebab sejatinya, demikianlah kondisi umum manusia ketika merespon seseuatu yang bersifat baru dan asing dalam kehidupannya. Selalu saja diperlukan jedah tersendiri untuk menyesuaikan diri agar menjadi terbiasa dan lebih mahir dari sebelum-sebelumnya. Persoalan seperti ini sangat alamiah dan terjadi hampir diseluruh aspek kehidupan manusia. Dan proses inilah barangkali yang akrab kita kenal dengan kata “Belajar” itu sendiri. Adanya suatu upaya untuk mengetahui dan memahami.

Prinsib mendasar sebetulnya adalah “Ala bisa karena biasa”. Gagap dahulu, lambat laun akan mahir dan lancar dengan sendirirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Labels