Jumat, 09 Januari 2009

Obama dan Tatanan Baru

“Kepercayaan dunia kepada Amerika hanya bisa dipulihkan dengan

Obama dan Tatanan Baru

“…Kepercayaan dunia kepada Amerika hanya bisa dipulihkan dengan diplomasi personal tingkat presiden. Bila saya mengunjungi negeri muslim, Saya akan katakan bahwa saya pemeluk Kristen yang pernah tiggal dinegara dengan penduduk Muslim terbesar didunia. Saya tidak akan membawa paradigma benturan peradaban, tetapi saya berkeyakinan antara Amerika dan Negara-negara itu terdapat banyak sekali kesamaan kepentingan yang dapat dikembangkan bersama….”

Kutipan singkat atas pidato Obama tersebut diatas ibarat cerminan petah perpolitikan AS kedepan. Lewat presiden baru dan kebijakan yang baru, AS seakan-akan berupaya untuk menunjukkan sebuah tatanan dunia yang baru.

Change (We can believe in) sebagai semboyan politik yang menjanjikan adanya babak baru. Obama tampil dengan karisma dan visi yang sangat meyakinan, tidak hanya bagi warga AS yang mendukungnya dalam pemilu akan tetapi masyarakat duniapun ikut terpukau oleh sosoknya yang cerdas serta karismatik.

Harapan baru dikalangan masyarakat dunia dan khususnya masyarakat AS sendiri mencuak secara kental kepermukaan. terlepas dari persoalan dunia yang kini menjadi ganas dan tak bersahabat. Opini publik seakan-akan tergiring pada suatu impian dunia baru, dunia yang lebih ramah dan bersahabat. Masyarakat AS bahkan masyarakat duniapun kini mendambakan tatanan baru, khususnya tatanan ekonomi dan politik yang lebih bersahabat.

Maskipun pemerintahan Obama didukung oleh kemenagan Demokrat yang mencakupi Gedung Putih dan senat serta DPR, namun tetap saja pemerintahannya akan berhadapan dengan rintangan yang besar. Kondisi ekonomi AS dewasa ini adalah PR paling nyata, butuh perbenahan secara cepat dan tepat. Berawal dari krisis subprime mortage disusul oleh kolapnya sistem finansial domestik, dengan cepat merembet keluar keberbagai belahan dunia (krisis finansial global). Kebangkrutan serta krisis bagi perusahaan-prusahaan besar dan Trans-Nasional AS yang berujung pada pemutusan kontrak karja bagi ribuan karyawan (pengangguran). Citra AS sebagai Negara dengan ekonomi digdaya kini telah memudar.

Beberapa kalangan menilai, kemenangan Demokrat atas Repuplik adalah bentuk dari kekecewaan masyarakat AS atas pemerintahan sebelumnya yang terkanal hobi mengangkat senjata ketimbang berdiplomasi dalam menyelesaikan masalah. sebagian kalangan lagi menilai, terpilihnya Barack Obama sebagai presiden kulit hitam AS pertama adalah sebuah fenomena. Amerika sebagai Negara pencetus demokrasi, kini telah benar-benar membuktikan dirinya sebagai pangeran demokrasi -- karakter Obama mampu menampik isu ras yang secara politik merugikan figurnya.

Jajak pendapat BBC World Service yang tersebar di 17 negara mendapati rata-rata dua pertiga dari orang yang dimintai pendapatnya tentang Obama yakin bahwa Obama akan meningkatkan hubungan antara AS dan bagian dunia lainnya. Benarkah harapan seperti itu akan terwujud? Salahkah jika masyarakat dunia berharap? Yang jelas, dibalik sebuah harapan besar, tersimpan kekecewaan yang besar

Obama mewarisi ekonomi yang sakit (krisis), pemanasan global, free trade agreements yang cenderung berat sebelah, kemiskinan dan pelanggaran HAM, perang di Afghanistan, Irak dan konflik di Timur Tengah tempat AS memiliki peran penting, serta puing-puing pembantaian dijalur Gaza. Semua permasalahan itu membutuhkan pemcahan. Mampukah Obama membawa perubahan?


Labels