Sabtu, 29 Agustus 2009

Sajak "Klise dan seksi"

Analog terlampau rumit dipergunakan akhir-akhir ini
Barangkali, orang-orang terlampau sering berhadapan dengan kekerasan, makanya suka yang lunak-lunak

Barangkali juga terlampau banyak yang mesti dipencet-pencet, sedangkan jari tangan cuma sepuluh batang

Kalau ada yang simpel, mengapa susah-susah!
Kalau ada yang cepat, kenapa tidak!

Korupsi, masalah klise
Pendidikan, alasan klise
Kemiskinan, persoalan klise

Sekarang jamannya digital, Orang tidak tertarik lagi dengan klise
Barangkali, Klise sepatutnya jadi pajangan saja
Dengan begitu nilai jualnya menjadi mahal
Oleh karena itu pula, ia tampak seksi dimata orang-orang

Korupsi, seksi!
Pendidikan, seksi!
Kemiskinan, seksi!
Terlalu...!

21-08-09, malang

Cerpen "Stigma"

Oleh: Sam-ka

Suatu senja, ketika langit sore yang merona berganti dengan gelap, menjalar dengan cepat keseluruh daratan disebelah timur. Alam menggulung terang, berganti gelap dalam kurun waktu yang singkat. Lampu-lampu disetiap rumah-rumah berkadip-kedip untuk pertama kalinya hari itu, mula-mula seperti nyala kunang-kunag dari kejauhan, berselang beberapa saat kemudian, lampu-lampu itu berpijar laksana gugusan bintang dimalam hari pada pertengahan musim kemarau.

Kota menjadi sangat menawan dalam balutan malam dan embun tipis yang berpadu dengan sinar-sinar mungil dari ribuan bola kaca yang menebar pijar keseluruh pelosok kota. Tiang-tiang lampu antik peninggalan rezim yang telah lampau menggantung bola-bola cahaya itu menyusuri jalan protokol, memanjang menyerupai sungai cahaya yang menghubungkan sisi barat dan sisi timur kota. Kota tua yang menyimpan banyak kenangan. Kenangan antara pribumi dan para penjelajah samudra dari arah barat kota, orang-orang dengan kebiasaan hidup menjarah dan menjarah.

Lalu lintas tampaknya lancar malam ini.

Sambil menghisap dalam-dalam sepuntung rokok untuk menghangatkan badan, sosok itu bergerak menuruni lereng bukit dibantu dengan nyala api kecil yang bersumber pada korek bermerek impor kesayangannya. Hampir sebulan sekali ia mengunjungi tempat-tempat yang berdaratan tinggi untuk melepas segala penak yang mengisi rutinitas sehari-harinya yang padat dengan aktifitas.

Kadang-kadang ia mencelah diri sendiri atas segala rutinitas hidupnya yang cukup membosankan, kerja keras demi penghidupan yang lebih layak, tapi setelah yang dicita-citakannya sejak dahulu telah ia capai. Seiring dengan perjalan waktu, sesuatu yang lain justru menghampiri tatkala puncak kejayaan semakin dekat untuk ia raih. Hidup hambar tampa gairah, kehilangan yang tak tergantikan. Seperti itulah kira-kira hidup yang ia jalani saat ini.

“Sial!, hapir seluruh hidupku habis hanya untuk mengejar uang dan uang. Mengejar kemewahan yang sebetulnya hanya perwujudan lain dari kualitas hidup yang murahan”.

Dalam kesal ia terus saja menuruni bukit menuju lereng. Nafasnya tidak beraturan akibat bau lembab tanah serta aroma lumut yang tumbuh liar diatas bebatuan yang tandus menusuk-nusuk kedalam hidungnya, bau seperti itulah yang paling ia benci. Bau busuk tanah seakan berkata padanya jikalau maut telah semakin dekat hingga kedalam ubun-ubunnya. “Sebentar lagi!, dan pasti akan datang, mungkin dalam waktu yang tidak begitu lama lagi, tubuhnya akan terbujur kaku, sekaku peti mati yang akan menghantarkan dirinya ketanah peristirahatan. Barangkali telah ada belatung yang menunggunya disana”.

Betapa sendirinya aku!, barangkali tidak seorangpun yang berkabung dengan kepergianku nantinya?.

Minggu, 09 Agustus 2009

Sajak "Andai Aku Presiden"


Andai Aku Presiden
Oleh; Sam-ka

Masa Kampanye...

Andai Aku jadi presiden, kubangun jalan yang luas seperti samudra Hindia pada lajur kiri dan samudra Pasifik pada lajur kanan, biar ngak macet lagi

Andai aku jadi presiden, kubuka lapangan kerja seluas-luasnya, biar tidak pengangguran lagi

Andai aku jadi presiden, kudirikan sekolah yang banyak, biar tidak putus sekolah lagi

Hei kalian! Dukung saya jadi presiden



Visi-misi

Andai aku presiden, kubelah Jakarta menjadi beberapa ribu bagian, setelah itu kubagi ke semua pulau dengan adil

Andai aku presiden, kutanam padi, jagung, dan tela diatas gedung-gedung percangkar langit, ketika masa menuai tiba, hasil pastilah jatuh kebawah menjangkau semua orang, tinggal menengadakan tangan saja.

Andai aku presiden, kugali emas, minyak, batu permata dan segala isi bumi pertiwi, setelah itu kusodorkan kehadapan semua orang biar tiap-tiap orang mendapat haknya

Makanya! Pilihlah saya jadi presiden



Perhitungan Suara

A-n-d-a-i a-k-u p-r-e-s-i-d-e-n

Ah sudahlah!, toh aku ini bukan presiden

08-08-09, Malang

Labels